Hubungan Imam Khomeini dengan para imam suci terjalin sedemikian rupa, sehingga saya dan orang-orang seperti saya tak mampu menjangkaunya. Saya adalah orang kepercayaan Imam Khomeini yang mendapat perintah langsung dari beliau untuk menyampaikan surat kepada Imam Kedelapan (Imam Ali bin Musa al-Ridha) di kota Masyhad.
Pada akhir tahun 1341 Hijriyah Syamsiyah, Imam Khomeini mulai menjelaskan kepada kaum muslimin tentang perlawanannya (terhadap penguasa zalim) di masjid al-A'dham (kota Qum). Dengan perantara surat, Imam Khomeini berupaya menyadarkan para ulama besar di setiap kota di Iran, bahkan yang tinggal di kota-kota perbatasan Iran.
Karena saya penduduk kota Masyhad, maka saya mengenal dengan baik kaum ruhaniawan, mulai dari kota Khurasan (Masyhad) hingga kota Zahedan. Imam Khomeini menulis sepuluh pucuk surat yang ditulis beliau sendiri untuk para ulama di pelbagai kota di Iran. Imam Khomeini juga menjelaskan kepada saya tentang bahaya ancaman Amerika dan antek-anteknya di Iran masa itu.
Suatu malam, pukul 22.00, saya ke rumah Imam Khomeini guna mencium tangan beliau untuk yang terakhir kalinya dan mengambil surat dari beliau. Imam Khomeini berkata kepada saya, "Jangan sampai ada orang yang mengetahui perjalanan Anda dan tugas Anda. Sebelum melakukan hal-hal lain, berziarahlah ke makam suci Imam Ali bin Musa al-Ridha di Masyhad dan sampaikanlah kepada beliau kalimat berikut ini:
"Wahai junjunganku! Kami hendak melakukan langkah besar demi Islam dan menyelamatkan kaum muslimin secara luas. Jika Anda menganggap langkah ini baik, maka dukunglah kami. Dan bila Anda menganggapnya buruk, maka kabarkanlah pada kami saat ini juga; kami akan menghentikan langkah kami sekarang juga.'"
Imam Khomeini menekankan pada saya, "Janganlah Anda sampaikan kalimat ini pada siapapun juga!"
Atas dasar ini, sebelum berjumpa kaum ruhaniawan di Masyhad, saya langsung berziarah ke makam suci Imam Ali bin Musa al-Ridha dan menyampaikan secara persis kalimat-kalimat Imam Khomeini itu di hadapan makam suci Imam Ali al-Ridha.
Setelah itu, saya menyerahkan surat Imam Khomeini kepada kaum ruhaniawan di Masyhad dan beroleh persetujuan tertulis dari mereka. Rencananya, mereka akan mengirimkan surat (persetujuan) itu secara langsung ke rumah Imam Khomeini.
Dari Masyhad, saya menuju kota Turbat. Dari kota Turbat, saya lanjutkan perjalanan ke kota Firdaus. Dari kota Firdaus, saya ke kota Birjand. Dan dari kota ini, saya menuju kota Zahedan.
Surat terakhir ditujukan untuk Ayatullah Kaf'ami, ulama besar dan pejuang di provinsi Baluchestan. Beliau menyambut dengan penuh hormat surat Imam Khomeini dan menciumnya.
Sebelumnya, Ayatullah Kaf'ami bersepakat dengan Maulawi Abdul Aziz untuk mengadakan shalat Jumat di kota Zahedan. Pada Jumat pertama, Maulawi Abdul Aziz memimpin shalat Jumat di masjid umum kota Zahedan. Dan pada Jumat berikutnya, Ayatullah Kaf'ami bertindak sebagai khatib dan imam shalat Jumat di masjid jamik kota Zahedan. Kebetulan, esok harinya bertepatan dengan giliran Ayatullah Kaf'ami memimpin shalat Jumat di masjid jamik Zahedan.
Hari itu, Ayatullah Kaf'ami datang dengan mengenakan kain kafan dan membawa pedang di tangannya. Maulawi Abdul Aziz dan seluruh ulama (termasuk ulama Ahlussunnah) turut hadir dalam shalat Jumat tersebut. Pada khutbah kedua, Ayatullah Kaf'ami membacakan surat Imam Khomeini dengan jelas dan lantang. Dengan segala persiapan yang telah dilakukan sebelumnya, usai shalat Jumat, masing-masing kelompok dari mazhab Syiah dan Sunah sepakat menandatangani surat persetujuan, sebagai bukti dukungan atas gerakan Imam Khomeini. Pada saat itulah, terlintas di benak saya; pesan Imam Khomeini untuk Imam Ali bin Musa al-Ridha telah beroleh persetujuan beliau dan mendapat dukungan ghaib.
Surat-surat persetujuan dari kaum muslimin terkumpul sangat banyak. Ayatullah Kaf'ami bersedia berangkat bersama saya menuju kota Qum, guna menyerahkan surat-surat dukungan itu kepada Imam Khomeini. Tatkala saya menceritakan kepada Imam Khomeini tentang kejadian yang saya alami selama di perjalanan, saya merasa Imam Khomeini telah beroleh jawaban berupa dukungan langsung dari Imam Ali bin Musa al-Ridha. []
Quotes from 12 Imams
Mencintai keindahan adalah fitrah. Sampaikan keindahan Ahlul Bait dan keindahan ajaran mereka dengan cara yang indah. "Kalau manusia mendengar keindahan ucapan-ucapan kami, niscaya mereka akan mengikuti kami" (Imam Ridha as).
0 comments:
Post a Comment