12 Imam - Dalam beberapa tahun terakhir, perbedaan keyakinan di Indonesia menjadi masalah pelik. Banyak kasus kekerasan yang menimpa komunitas yang memiliki keyakinan berbeda dengan mayoritas. Salah satu kasus yang menonjol adalah kekerasan psikologis hingga fisik yang diterima warga Syiah di Indonesia.
Contohnya warga Syiah Sampang yang beberapa bulan lalu kehilangan tanah mereka karena diusir keluar daerah. Selain merugi materi, para pengungsi, meminjam istilah Maurice Halbwach juga kehilangan memori kolektif atas kampung mereka. Di Jogja,komunitas warga Syiah juga tengah terancam kehilangan hal yang sama.
Menurut Dicky Sofjan, Ph. D, Penyunting buku Sejarah Syiah di Asia Tenggara, banyaknya kasus ketidakadilan yang menimpa komunitas Syiah disebabkan oleh sejumlah faktor. Media,disebut memiliki pengaruh besar dalam membentuk opini publik tentang Syiah secara negatif.
“Tumbuhnya sosial media bikin semua orang bisa menyebarkan apa saja. Salah satunya informasi soal propaganda anti Syiah. Syiah dianggap buruk, dianggap berbeda dari islam. Membawa nama islam yang sebenarnya sudah terinstitusi,” katanya pada gelaran Diskusi Reboan di Pendopo LKiS, Rabu (15/1) malam.
Dicky, peneliti yang sudah mempelajari dan meneliti mengenai Syiah selama 22 tahun di Iran ini memberikan contoh bagaimana sebuah media membuat propaganda. Ada satu media, katanya, yang mengupload foto seorang syiah tengah mencium kaki anjing. Foto tersebut membentuk opini publik bahwa Syiah lebih memuliakan anjing ketimbang manusia. “Setelah dicek, ternyata itu foto montase.Itu bentuk salah satu propaganda untuk menjelekan Syiah,” pungkasnya.
Contohnya warga Syiah Sampang yang beberapa bulan lalu kehilangan tanah mereka karena diusir keluar daerah. Selain merugi materi, para pengungsi, meminjam istilah Maurice Halbwach juga kehilangan memori kolektif atas kampung mereka. Di Jogja,komunitas warga Syiah juga tengah terancam kehilangan hal yang sama.
Menurut Dicky Sofjan, Ph. D, Penyunting buku Sejarah Syiah di Asia Tenggara, banyaknya kasus ketidakadilan yang menimpa komunitas Syiah disebabkan oleh sejumlah faktor. Media,disebut memiliki pengaruh besar dalam membentuk opini publik tentang Syiah secara negatif.
“Tumbuhnya sosial media bikin semua orang bisa menyebarkan apa saja. Salah satunya informasi soal propaganda anti Syiah. Syiah dianggap buruk, dianggap berbeda dari islam. Membawa nama islam yang sebenarnya sudah terinstitusi,” katanya pada gelaran Diskusi Reboan di Pendopo LKiS, Rabu (15/1) malam.
Dicky, peneliti yang sudah mempelajari dan meneliti mengenai Syiah selama 22 tahun di Iran ini memberikan contoh bagaimana sebuah media membuat propaganda. Ada satu media, katanya, yang mengupload foto seorang syiah tengah mencium kaki anjing. Foto tersebut membentuk opini publik bahwa Syiah lebih memuliakan anjing ketimbang manusia. “Setelah dicek, ternyata itu foto montase.Itu bentuk salah satu propaganda untuk menjelekan Syiah,” pungkasnya.
Sumber : beritajogja.co.id
0 comments:
Post a Comment