Ratusan Ton Gabah tak Lolos Seleksi Standar Kualitas

Tim survey menemukan ratusan ton gabah kering giling (GKG) milik mitra Bulog Sub Divisi Regional (Divre) IV Banyumas, Jawa Tengah, tidak memenuhi standar kualitas pengadaan pangan. Bulog telah menerjunkan petugas survey untuk menyeleksi gabah pengadaan pangan, gabah yang dinyatakan tidak lolos seleksi ditolak masuk gudang.

Seleksi ketat beras Bulog ini terkait dengan banyaknya tudingan menurunnya kualitas beras miskin "Kebijakan seleksi ketat terhadap gabah yang masuk ke Bulog dilakukan guna menjamin kualitas beras untuk melayani warga miskin supaya tidak apek," kata Kepala Perum Bulog Sub Divre IV Banyumas Witono, Senin (22/3).

Pengadaan 2010 fokus Bulog menyerap gabah bukan beras dengan standar kualitas berdasarkan instruksi presiden (Inpres). Oleh karenanya penerimaan GKG dilakukan dengan seleksi ketat, dengan menerjunkan tim survey di semua gudang bulog yang ada di Sub Divre IV Banyumas, hanya gabah yang memenuhi standar kualitas yang akan diterima.

Sesuai inpres syarat gabah yang bisa diterima Bulog adalah gabah kering giling (GKG) dengan standar kadar air maksimal 14 %, kadar hampa/kotoran maksimal tiga persen. Harga pembelian pemerintah (HPP) GKG di gudang Bulog adalah Rp 3.345/kg," jelas Witono.

Penyimpanan dalam bentuk gabah, kata Witono, bisa bertahan selama bertahun-tahun, sedang beras tidak tahan disimpan lama dan berdampak pada penurunan kualitas, beras mudah apek. "Selain pertimbangan kualitas stok beras di gudang Bulog masih melimpah cukup melayani warga miskin sampai lima bulan mendatang dengan jumlah 29 ribu ton," kata dia.

Manajer KUD Patikraja, Faturahman, yang merupakan salah satu mitra kerja Bulog Banyumas mengatakan gabah di tingkat petani saat ini melimpah dengan kualitasnya bervariasi. Sebagian besar gabah hasil panen musim rendeng itu kadar airnya tinggi.

''Mitra kerja tak berani spekulasi dengan membeli gabah murah tapi kualitasnya rendah. Gabah yang disetor ke Bulog adalah GKG. Setelah GKG diterima, disimpan di gudang. Bila dibutuhkan jadi beras, mitra kerja masih punya kewajiban untuk menggiling GKG yang disetor tersebut jadi beras. Kalau digiling hasil berasnya tak memenuhi standar Bulog, menjadi risiko mitra kerja untuk menggantinya'' ujarnya. [pikiranrakyat]