SEORANG WANITA mengirimkan email yang mengeluhkan kondisi fisiknya, dan karena itu ia menjadi ‘terlupakan’. Ia bahkan sempat mempertanyakan konsep keadilan Ilahi, mengapa ada yang merasa cantik dan ada yang dianggap ‘tidak cantik’ (untuk tidak menyebutnya jelek); dan mengapa kecantikan tidak dipahami sebagai sesuatu yang relatif? Apakah karena ‘divonis tidak cantik, seorang wanita harus rela menjajakan diri dan mencari pria bahkan sebagai istri kedua? Televisi dan kapitalisme –yang direpresentasi oleh perusahaan kosmetik- telah mereduksi esensi kecantikan dan membatasi citranya dalam bingkai raga.
Konsep physical beauty atau outer beauty adalah salah satu produk materialisme dan hedonisme dijejalkan oleh sentra-sentra kapitalisme menjadi sesuatu yang ideal. Ia mengkampanyekan bahwa keindahan hanyalah keindahan kulit, rambut, bulu mata, kuku, dada dan segala yang ragawi.
Perempuan masa kini, karena persaingan yang makin ketat, terobsesi “menggunakan” daya tarik fisik sebagai akses menuju sukses. Kita tentu sering mendengar dan membaca iklan lowongan kerja yang memarginalkan inner beauty dan mengutamakan outer beauty. ‘Berpenampilan menarik’ merupakan salah satu item terpenting dalam persyaratan. Kasarnya, yang tidak cantik dipersilahkan jadi buruh pabrik atau TKW. Sedangkan syarat IPK dan pengalaman kerja itu bisa diatur selama telah memenuhi syarat ‘penampilan menarik’.
Mau bagaimana? Pelanggan dan pembeli memang males nawar dan tidak membeli produk bila SPG-nya tidak seksi, cantik dan rada agresif dan kreatif (genit dan tahu maunya bos, maksudnya), apalagi biasanya mitra bisnis minta entertain yang ujung-ujungnya begituan sebagai pertanda deal.
Kapitalisme berhasil membujuk perempuan dengan cara-cara seperti ini, dan standar kecantikan “langsing dan cantik” mengglobal seperti yang dicitrakan iklan industri kecantikan. Kapitalisme dan erotisme telaha berbaur dalam sebuag sistem yang tak kenal kompromi: “Kecantikan adalah jalan menuju sukses.” Akibatnya, perempuan yang mempunyai citra seperti itulah yang lebih beruntung, dan yang tak memenuhi standar tersebut terpuruk, tidak percaya diri, dan melakukan berbagai usaha untuk tampil langsing dan cantik.
Tak sedikit perempuan menderita gangguan psikiatrik yang dinamakan dismorfik tubuh (body dysmorphicdisorder). Mereka mempunyai preokupasi begitu kuat terhadap tubuh dan penampilannya. Sedikit saja ada kekurangan, kuku dan kaki terkesan ‘salah letak’, mereka bisa khawatir secara berlebihan, bahkan secara bermakna memengaruhi perasaan dan fungsi sosial, pekerjaan dan fungsi penting lainnya.
Padahal dalam pandangan agama, kecantikan perempuan tidak terletak pada pakaian yang dikenakan, bukan pada kehalusan wajah dan bentuk tubuhnya….
- Bibir menawan adalah bibir yang mengeluarkan aksara santun dan menebarkan kebaikan kepada setiap orang.
- Mata yang indah adalah mata yang tak henti mencari kebaikan dan kelebihan orang lain.
- Tubuh yang langsing adalah badan yang membungkus jiwa yang senantiasa berbagi makanan dengan orang yang lapar dan susah.
- Rambut yang memikat adalah rambut yang menghiasi kepala manusia yang selalu tunduk saat menyapa orang lain.
- Kaki yang indah adalah yang diayunkan untuk merapatkan diri kepada Allah.
- Jari yang lentik adalah yang digerakkan untuk bertasbih dan beristighfar.
- Paras yang elok adalah yang memancarkan aura kehambaan dan kesederhanaan.
- Kulit yang mulus dan memancarkan cahaya keindahan sejati adalah yang terbungkus dalam kain bersih dan suci, tak mudah tersentuh benda-benda asing, tak sembarang mata menikmatinya. []
(PB; SYIAR; Edisi Jumadil Akhir 1430 H)
Quotes from 12 Imams
Mencintai keindahan adalah fitrah. Sampaikan keindahan Ahlul Bait dan keindahan ajaran mereka dengan cara yang indah. "Kalau manusia mendengar keindahan ucapan-ucapan kami, niscaya mereka akan mengikuti kami" (Imam Ridha as).
0 comments:
Post a Comment