Contributors

Don't miss

Sunday, September 6, 2009

PALESTINA DAN KITA


By on 9/06/2009 06:35:00 AM

Ada gejala yang semakin aneh dalam kehidupan berbangsa kita belakangan ini. Yakni, lunturnya semangat solidaritas kita terhadap penderitaan bangsa-bangsa lain di dunia. Yang sangat kasat-mata di antaranya adalah mulai tumbuhnya sikap tak acuh kita terhadap persoalan Bangsa Palestina yang telah sangat menderita, sebagai akibat penjajahan yang sistematis dan sistemis selama bertahun-tahun, dan yang melibatkan persekongkolan-jahat-besar negara-negara arogan dunia dan para pengekornya. Sering muncul ungkapan belakangan ini di media massa bahwa bangsa dan negara kita sendiri sebenarnya sedang mengalami persoalan dan kesulitan, dan oleh karena itu ketimbang memikirkan negara lain, semestinya kita lebih banyak memikirkan negeri kita sendiri. Atau, tak usalah kita turut-campur dengan persoalan negara lain; masih banyak persoalan yang harus kita selesaikan.

Sebenarnya, sikap seperti itu muncul bersamaan pula dengan lunturnya sikap patriotisme dan nasionalisme kita. Jadi, kendati sikap tak peduli terhadap bangsa lain itu seolah dipertentangkan dengan (baca: digunakan untuk menunjukkan) nasionalisme dan patriotisme orang bersangkutan, tetapi sebetulnya itu hanyalah dalih dan alasan untuk menutupi sikap egois dan cacat secara kejiwaan yang sedang dideritanya. Dia menyerang orang lain yang membangun kepedulian, dan sembari itu pula berusaha membangun pembenaran-diri atas sikap diam dan tak acuhnya. Maka, jadilah dia kemudian sebagai orang yang menderita kompleks kejiwaan secara pribadi.

Kalau saja kita mau sekilas menengok catatan sejarah, maka kita akan menyadari mengapa para pendiri republik tercinta ini mencantumkan kata-kata yang menggugah dan penuh semangat dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945: “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak seluruh bangsa, dan oleh karena itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan…”

Benar, itu dikarenakan, salah satunya, lantaran dulu saat kita berjuang untuk meraih kemerdekaan dan pengakuan dari dunia internasional, negara-negara yang sedang sama-sama berjuang dengan kita juga telah dengan sangat setia mendukung dan mengakui kemerdekaan kita, seperti negara-negara Arab semacam Mesir dan Palestina misalnya. Mereka tercatat sebagai negara pertama yang paling awal mengakui kemerdekaan kita.

Lagi pula, semenjak dahulu kita terkenal sebagai bangsa pejuang; bangsa yang tidak mudah tunduk kepada tekanan dan kepentingan-kepentingan para penjajah. Tercatat dalam sejarah bagaimana kita dahulu menjadi pelopor dan pemimpin dalam Forum Asia-Afrika yang merangkum negara-negara yang baru merdeka di benua Asia dan Afrika, yang mengalami dan merasakan sendiri pahit-getirnya hidup sebagai bangsa terjajah. Forum inilah kemudian yang menjadi cikal-bakal pembentukan Gerakan Non Blok, sebuah gerakan yang sangat progresif di era perang dingin.

Sungguh sangat disayangkan apa yang menimpa generasi bangsa ini, yaitu menipisnya kepedulian secara umum di tengah masyarakat kita. Ini tak lebih sesungguhnya adalah buah dari serangan budaya yang merambahi negeri kita. Sebuah serangan yang biasanya sangat tak disadari oleh korbannya; malah dirasakan sebagai sebuah kenikmatan. Sebuah peperangan yang berujung pada rontoknya kepribadian kita sebagai sebuah bangsa dan diakomodasikannya nilai-nilai baru yang sepenuhnya asing. Egoisme adalah semangat yang lahir dari rahim individulisme Barat yang telah dicangkokkan kepada kita secara sistemis. Sebuah pandangan-dunia yang memang benar-benar baru dalam ranah cara berhidup bangsa kita, namun kemudian seolah telah menjadi bagian dari cara-pandang kita sendiri.

Agaknya, berdasarkan bukti-bukti empiris di lapangan, faktor ini juga merupakan “proyek” yang digarap oleh anasir asing secara sistematis dan sistemis untuk melumatkan kepedulian kita secara umum terhadap persoalan yang mendera saudara-saudara kita di belahan dunia lain; saudara-saudara yang mendatangkan tanggung jawab kita karena status mereka sebagai muslim atau bangsa yang tertindas, sebagaimana halnya Palestina. Dan dalih bahwa kita sendiri mengalami kesulitan hidup rupanya cukup efektif untuk menghapus memori persoalan Palestina dalam file ingatan kita. Sebuah bahaya yang perlu kita waspadai karena lebih mengancam dan membunuh ketimbang penebaran virus yang “hanya” akan mencederai fisik kita. Kita memang harus berteriak dan berteriak, karena kita punya pikiran, hati, dan lisan! [mj]

Quotes from 12 Imams

Mencintai keindahan adalah fitrah. Sampaikan keindahan Ahlul Bait dan keindahan ajaran mereka dengan cara yang indah. "Kalau manusia mendengar keindahan ucapan-ucapan kami, niscaya mereka akan mengikuti kami" (Imam Ridha as).

0 comments:

Post a Comment