China Dukung Pendirian Negara Palestina Merdeka

Pemerintah China mendukung upaya-upaya menciptakan negara Palestina merdeka, sebagaimana juga Arab Saudi yang sebelumnya menilai Israel telah menghambat penyelesaian konflik Timur Tengah dengan membangun permukiman bagi warganya.

"China akan melanjutkan dukungan bagi upaya Palestina untuk mendirikan negara merdeka," tutur Menteri Luar Negeri Yang Jiechi di sela kunjungannya ke Riyadh.

Dalam jumpa pers bersama Menteri Luar Negeri Saudi, Pangeran Saud Al Faisal, Rabu itu, Jiechi menyatakan bahwa China mendukung prinsip-prinsip dari solusi dua negara di bawah Arab Saudi yang memprakarsai perdamaian, yang menyerukan pentingnya negara Palestina merdeka berdasarkan perbatasan 1967 dengan Jerusalem sebagai ibukotanya.

Sementara itu, Saud dalam pernyataannya tetap dengan menyayangkan penolakan Israel untuk membekukan pembangunan pemukiman Yahudi di Tepi Barat yang diduduki dan memulai pembicaraan dengan Palestina. "Ini adalah konflik terpanjang di zaman modern," kata Saud.

"Konflik ini menjadi panjang karena Israel selalu menolak upaya-upaya untuk mengakhiri konflik ini. Negara-negara Arab telah melakukan tugas mereka dengan Prakarsa Perdamaian Arab, yang memberikan keamanan Israel, dan memberikan negara-negara Arab pemulihan tanah mereka."

"Tapi perdamaian harus ditetapkan oleh kedua belah pihak, bukan hanya satu sisi. Jika satu sisi tidak menginginkan perdamaian, perdamaian tidak akan tercapai, "katanya.

Komentar itu muncul karena sebelumnya baik Amerika Serikat maupun Saudi telah meningkatkan upaya-upaya untuk mendorong Palestina dan Israel dalam pembicaraan damai yang akan mendorong lahirnya negara Palestina yang merdeka.

Di tengah meningkatnya diplomasi regional yang tajam itu, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, James Jones bertemu dengan Raja Saudi Abdullah pada hari Selasa di sebuah daerah wisata yang akan membawa dia ke Israel dan wilayah Palestina.

Seperti diketahui, kedua belah pihak tetap berselisih atas isu permukiman Israel. Palestina dan pendukungnya, Arab Saudi tetap bersikukuh pembicaraan damai tidak dapat dilanjutkan sampai Israel membekukan pembangunan pemukiman Yahudi di tepi Barat dan Jerusalem Timur.

Israel dan Amerika Serikat mengatakan perundingan harus dilanjutkan tanpa prasyarat. [kompas]