Contributors

Don't miss

Saturday, October 11, 2014

Kejumudan Akal dan Peluang Maraknya Ideologi Takfiri


By on 10/11/2014 10:27:00 PM

Munculnya fenomena gerakan takfiri yang memiliki ideologi radikal, fanatik dan sadis di dunia yang menyerukan perdamaian, hidup berdampingan dengan damai, kemajuan serta menyongsong masa depan merupakan fenomena yang mengenakkan serta tidak selaras dengan transformasi di dunia. Ini merupakan sebuah realita bahwa manusia secara fitrah mencari cahaya terang (hidayah) dan cenderung pada kebebasan serta persahabatan.


Lantas bagaimaan seseorang bisa terjerumus ke jurang kejumudan, fanatisme dan berubah menjadi sosok yang sadis serta tenggelam dalam kegelapan dan kesesatan serta pada akhirnya menorehkan kepedihan mendalam kepada masyarakat? Aksi sadis dan kejam kelompok takfiri di Irak dan Suriah semakin nyata. Kejahatan besar dan brutalitas kelompok ini membuat semua pihak merasa keheranan. Secara yakin dapat dikatakan bahwa kelompok teroris yang berwujud ISIS, al-Nusra, al-Qaeda dan Boko Haram tidak mengikuti satu mazhab pun dalam Islam. Kelompok-kelompok teroris ini mendapat kucuran dana dan bantuan dariAmerika Serikat, rezim Zionis Israel dan sejumlah negara yang berafiliasi dengan Washington. Kelompok teroris takfiri merupakan fenomena terburuk abad ini.

Zaman terus berputar yang dibarengi dengan kemajuan teknologi bagi manusia. Dalam kondisi seperti ini tidak ada yang mampu menjegal kemajuan positif manusia di berbagai bidang dan hidup dengan cara-cara orang terdahulu. Tak dapat pula seseorang melakukan perjalanan jauh dengan kuda atau unta setelah ditemukannya pesawat terbang, kereta apidan mobil. Misalnya, dengan ditemukannya listrik yang merupakan nikmat besar dan kemudahan bagi kehidupan manusia, seseorang memilih hidup seperti orang terdahulu dengan menggunakan lilin, lampu dan mengumpulkan kayu bakar serta menyakini haram menggunakan listrik. Perilaku seperti ini sama halnya dengan fanatik, jumud dan keterbelakangan, di mana akan memberi dampak yang buruk bagi masyarakat.

Jumud (osifikasi) berarti statis, tidak berubah, kemunduran, anti budaya serta nilai-nilai kebenaran. Orang yang jumud akalnya, fanatik dan kolot adalah orang-orang yang tertinggal dari sisi ilmu, pemikiran, kecenderungan dan perilaku dari orang yang menggunakan akalnya. Dengan menutup pintu akal, mereka ini paling banyak merugikan dirinya sendiri dan kemudian merugikan masyarakat. Orang seperti ini bahkan tak segan-segan menyingkirkan sarana dan sumber pengetahuan. Akibatnya ia akan terkena penyakit hati yang keras serta siap untuk melakukan kejahatan paling sadis pun seperti memenggal kepala orang lain. Sama seperti kepicikan berpikir dan ideologi telah melahirkan sekte Wahabi, kini di dunia Islam, Wahabi dalam baju kelompok takfiri merupakan sumber kekerasan paling keji dalam masyarakat Muslim.

Penggunaan kata tahajjur (kejumudan) dalam pemikiran Islam kembali pada istilah yang digunakan al-Quran. Dalam al-Quran, manusia yang jumud adalah mereka yang akal dan hatinya seperti batu yang keras dalam menolak kebenaran, mukjizat nyata Tuhan serta enggan mengikuti perintah Tuhan. Kebenaran tidak akan berpengaruh pada orang-orang seperti ini dan mereka akan tetap pada ideologi sesatnya.


Sementara itu dalam hadis disebutkan, ketika Rasulullah Saw menyeru kuam musyrik untuk menyembah Allah Yang Esa, mereka bersikap sepertikaum terdahulu yang fanatik, anti budaya baru dan jumud pemikirannya. Mereka berkata, “Sikap dan akidah kami seperti nenek moyang kami dan kami tidak akan pernah mengubahnya.” Oleh karena itu, mereka hanya mendengarkan nasehat dan peringatan Rasulullah tanpa mau mengikutinya, sama seperti kambing yang asik memakan rumput di tepi tebing yang terjal yang terkadang mendengarkan peringatan sang gembala, namun tidak memperhatikannya serta terus melanjutkan pekerjaannya.

Para sosiolog menilai fanatisme dan kejumudan akal bersumber dari kebodohan. Mereka meyakini bahwa orang-orang yang bodoh senantiasa terkungkung dalam lingkungan hidupnya serta menolak sesuatu yang baru dari luar. Orang seperti ini sangat berpengang teguh dengan keyakinan yang ia anut sejak kecil, meski keyakinan tersebut menyimpang, serta menolak selainnya. Bagi orang-orang yang fanatik dan jumud, sangat sulit untuk menerima pemikiran baru dan mereka tumbuh dalam keterkucilan. Oleh karena itu, kejumudan menolak pemikiran baru dan enggan berinteraksi dengan masyarakat atau sebuah pemikiran.

Untuk saat ini, di mana sains dan kemajuan yang berjalan cepat, sangat disayangkan kita masih menyaksikan orang-orang yang dikungkung oleh kebodohannya dan tumbuh dalam lingkungan kejumudan akal serta fanatisme. Mereka ini juga bergabung dalam kelompok takfiri yang aktif melakukan penjagalan manusia serta kejahatan sadis lainnya. Orang-orang seperti ini terpenjara oleh fanatisme yang tercampur dengan kemarahan. Mereka juga tidak pernah menggunakan karakter dan sifat-sifat manusiawinya.

Dalam riwayat Islam, fanatisme dibagi menjadi dua, baik dan buruk. Imam Ali as terkait fanatisme yang tidak pada tempatnya berkata, “Jika kalian harus fanatik maka fanatik tersebut harus didasari oleh akhlak yang mulia, perilaku dan perbuatan yang baik.” Dari riwayat ini jelas bahwa membela sebuah metode dan akhlak terpuji bukan fanatisme yang tercela, namun merupakan jalan untuk membentuk serta mendidik manusia ke arah kesempurnaan.

Di riwayat yang lain Imam Ali as menilai akar dari fanatisme tercela adalah sifat sombong. Dalam Islam disebutkan bahwa Iblis merupakan makhluk pertama yang menyuarakan kesombongannya. Terkait hal ini Imam Ali as berkata, “Iblis dihadapan Adam tertimpa fanatisme karena sombong akan asal penciptaannya dan tak segan-segan menghina Adam. Iblis berkata, Aku diciptakan dari api sedangkan kamu (Adam) dari tanah.”

Pengaruh kejumudan akal dan fanatisme yang paling dasar adalah menolak keimanan. Dalam sebuah hadis dari Imam Shadiq as disebutkan, “Mereka yang fanatik telah melepas keimanan dari dirinya.” Hal ini disebabkan orang yang fanatik tidak mampu melihat kebenaran dan menerimanya. Maka dikarenakan menolak keimanan, akan muncul penyelewengan dari kebenaran. Represi orang-orang kafir terhadap para nabi dan pemimpin agama biasanya muncul dari masalah seperti ini.

Efek lain kejumudan akal dan fanatisme buta adalah keterbelakangan dan kebodohan. Ketika akal seseorang tertutupi dan manusia tercegah untuk melakukan pengamatan yang benar, maka saat itu akan muncul sebuah masyarakat yang terbelakang dan terkucil. Masyarakat seperti ini juga membuka peluang bagi munculnya beragam penyelewengan dan kekerasan serta ekstrimisme.

Pengaruh lain dari fanatisme buta adalah munculnya perpecahan di masyarakat. Jika sebuah masyarakat terdiri dari individu atau kelompok yang menolak satu sama lain maka tidak akan pernah terwujud persatuan di masyarakat ini. Sama seperti saat ini kita saksikan kelompok takfiri di dunia Islam menjadi faktor perpecahan dan kekerasan di masyarakat Muslim. Bahkan kelompok ini tak mengenal belaskasihan kepada anak-anak dari kelompok yang bertentangan dengannya.

Oleh karena itu, saat ini kubu imperialis dunia memanfaatkan dengan baik kelompok fanatik dan kolot serta radikal yang mengatasnakaman Islam. Kubu imperialis merupakan pihak yang membentuk serta mendukung secara sembunyi-sembunyi kelompok takfiri, ekstrim dan fanatik di dunia Islam. Imperialis dunia melalui kelompok takfiri berupaya mengobarkan perpecahan di tengah tubuh umat Islam dan menebar pembunuhan. Bahkan kubu imperialis dunia tak segan-segan menebar fanatisme buta di antara berbagai kelompok dan etnis di dalam negeri negara-negara Islam guna menghancurkan persatuan nasional.

Kini di sejumlah masyarakat Muslim, ideologi fanatik dan jumud takfiri mulai menebar pengaruhnya. Oleh karena itu, sudah waktunya untuk memikirkan sumber dan akar dari dari idelogi takfiri yakni fanatisme buta, kejumudan akal dan kebodohan. Kembali kepada ajaran al-Quran dan tuntutan Rasulullah bagi umat Islam serta mengikuti Sunnah Nabi dan ahlul baitnya dapat menjadi solusi untuk lepas dari kejumudan akal, fanatisme jahiliyah serta pengaruhnya. Menurut pakar sosioal dan ulama, solusi terbaik memerangi karakter buruk fanatisme dan kejumudan akal serta jalan selamat dari bencana besar ini adalah upaya meningkatkan pengentahuan, keimanan, budaya dan ideologi umat serta mempertebal rasa toleransi terhadap keyakinan orang lain.

Quotes from 12 Imams

Mencintai keindahan adalah fitrah. Sampaikan keindahan Ahlul Bait dan keindahan ajaran mereka dengan cara yang indah. "Kalau manusia mendengar keindahan ucapan-ucapan kami, niscaya mereka akan mengikuti kami" (Imam Ridha as).

0 comments:

Post a Comment