Contributors

Don't miss

Thursday, June 25, 2009

Rahbar: Kehendak Rakyat Ditentukan Kotak Suara, Bukan Aksi Jalanan


By on 6/25/2009 02:24:00 AM


Hari Jum'at, 19 Juni 2009, kota Tehran menjadi saksi sebuah pertemuan akbar ‎bernuansa ‎maknawiyah yang menebar aroma Imam Mahdi (as), yaitu shalat ‎Jum'at yang dipimpin ‎oleh Wali Faqih, Ayatollah Al-Udzma Sayyid Ali Khamenei. ‎Dalam khotbah Jum'at di ‎depan lautan jamaah yang memenuhi komplek ‎Universitas Tehran dan jalan-jalan di ‎sekitarnya, Pemimpin Besar Revolusi Islam ‎menyampaikan khotbah bersejarah yang ‎mengukuhkan persatuan bangsa. ‎Setelah menyampaikan pesan taqwa beliau menjelaskan ‎tentang dzikrullah, ‎berharap kepada pertolongan Allah dan sakinah atau ketenangan hati ‎sebagai ‎faktor utama yang menyelamatkan bangsa Iran dari terpaan badai dahsyat dan ‎‎beragam peristiwa besar yang mewarnai negeri ini dalam tiga puluh tahun sejak ‎‎kemenangan revolusi Islam. ‎

Di bagian lain khotbahnya, pemimpin yang di Iran lazim disebut Rahbar ini ‎menguraikan ‎berbagai dimensi pemilihan umum presiden 12 Juni lalu dan ‎rangkaian peristiwa yang ‎terjadinya setelahnya. Beliau mengatakan, "Partisipasi ‎rakyat yang tanpa tanding dan ‎epik yang mereka ciptakan pada tanggal 22 ‎Khordad (12 Juni) adalah pentas besar ‎kepercayaan, harapan, dan semangat ‎bangsa. Peristiwa ini ibarat gempa dahsyat yang ‎mengguncang arena politik ‎musuh, sementara bagi para pencinta Iran dan revolusi Islam ‎peristiwa ini ‎adalah pesta yang bersejarah. Masing-masing dari 40 juta warga yang ‎‎menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum telah memberikan suaranya ‎kepada ‎Imam Khomeini, revolusi Islam dan para syuhada. Keempat kandidat ‎yang bersaing ‎adalah bagian dari pemerintahan Islam. Masalah yang muncul ‎hendaknya diselesaikan ‎dan ditindaklanjuti lewat jalur undang-undang yang ‎jelas."‎

Pada khotbah kedua yang berkali-kali diiringi oleh gema takbir para hadirin, ‎Ayatollah ‎Al-Udzma Khamenei membagi pembahasan ke dalam tiga kategori; ‎topik yang ‎berhubungan dengan masyarakat secara umum, topik yang terkait ‎para calon presiden dan ‎para tokoh politik, serta pembahasan ketiga yang ‎berkenaan dengan para pemimpin ‎negara-negara arogan Barat.

Beliau menyampaikan rasa penghargaan yang dalam kepada rakyat Iran yang ‎mukmin ‎atas partisipasi luas masyarakat dalam pemilu presiden periode ‎kesepuluh yang diikuti ‎oleh hampir 40 juta warga Iran. Partisipasi besar itu ‎beliau sebut sebagai pentas yang ‎mempertontonkan rasa tanggung jawab dan ‎animo besar untuk berbuat bagi negara. ‎Rahbar menambahkan, "Epik penuh ‎gelora ini bermakna pengungkapan ekspresi ‎dukungan penuh dan serentak dari ‎rakyat Iran kepada pemerintahan Islam. Partisipasi 85 ‎persen warga pemilik hak ‎pilih dalam pemilu adalah peristiwa yang jarang ditemukan ‎padanannya, dan ini ‎menunjukkan kemurahan dan karunia Allah serta perhatian Imam ‎Mahdi (as) ‎kepada bangsa Iran dan pemerintahan Republik Islam."‎

Ayatollah Al-Udzma Khamenei menyebut keikutsertaan para pemuda dengan ‎penuh ‎antusias di seluruh penjuru negeri pada pemilihan presiden periode ‎kesepuluh sebagai ‎manifestasi dari kelanjutan komitmen berpolitik dan rasa ‎tanggung jawab yang dulu ada ‎pada generasi awal revolusi yang terus mengalir ‎pada gerenasi muda saat ini. Beliau ‎menandaskan, "Secara tulus dan dari lubuk ‎hati yang dalam saya salut dan tunduk di ‎depan keagungan bangsa Iran dan ‎anak-anak muda kita."‎

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyinggung keberagaman aliran politik di ‎tengah ‎masyarakat Iran, seraya menjelaskan, "Di balik perbedaan pandangan ‎masyarakat, rasa ‎komitmen bersama untuk mempertahankan negara dan ‎pemerintahan Islam nampak ‎menggelora. Hal itu jelas terlihat dari kehadiran ‎warga, laki-laki dan perempuan, tua dan ‎muda, juga dari berbagai golongan ‎madzhab dan agama, warga desa dan kota, semuanya ‎terlibat dalam mengukir ‎peristiwa besar membanggakan ini yang ibarat gempa dahsyat ‎telah ‎mengguncang musuh. Namun bagi para pencinta bangsa Iran di seluruh dunia, ‎‎peristiwa ini adalah pesta yang sebenarnya dan bersejarah."‎

Menurut beliau, partisipasi 40 juta warga pada pemilu 12 Juni adalah gerakan ‎umum ‎bangsa Iran dalam mengekspresikan kesetiaan kepada Imam Khomeini, ‎revolusi dan para ‎syuhada. Beliau mengatakan, "Gerakan kolosal ini telah ‎menyuntikkan semangat baru ‎bagi pemerintahan Islam ini untuk terus ‎melangkah ke arah kemajuan dan kemuliaan. ‎Pemilu ini telah menunjukkan ‎kepada musuh-musuh negara ini akan makna hakiki dari ‎demokrasi agama."‎

Ayatollah Al-Udzma Khamenei menilai kehadiran warga di tempat-tempat ‎pemungutan ‎suara yang dibarengi dengan kepercayaan, kebebasan, optimisme ‎dan keceriaan nasional, ‎sebagai jawaban telak bangsa ini terhadap propaganda ‎miring media-media kaum arogan ‎dunia. Beliau menambahkan, "Kepercayaan ‎rakyat kepada pemerintahan Islam yang ‎merupakan kekayaan terbesar Republik ‎Islam, pada tanggal 12 Juni kembali ‎menampakkan wujudnya. Musuh-musuh ‎Islam dan Iran dengan menebar isu dan ‎keraguan tentang pemilu berupaya ‎menggoyahkan kepercayaan rakyat. Mereka berharap, ‎dengan menurunnya ‎partisipasi rakyat, kredebilitas negara ini menjadi layak untuk ‎dipersoalkan. Jika ‎target ini bisa tercapai, maka tak ada petaka dan kerugian yang bisa ‎‎dibandingkan dengannya."‎

Rahbar mengingatkan kembali propaganda gencar yang dilancarkan arogansi ‎dunia sejak ‎beberapa bulan yang lalu tentang kecurangan dalam pemilu 12 Juni ‎di Iran. "Dalam ‎pidato awal Farvardin (21 Maret) di kota Mashad, saya telah ‎mengingatkan rekan-rekan ‎di dalam negeri untuk tidak mengulangi kata-kata ‎musuh tentang kecurangan pada ‎pemilu. Sebab, dengan cara itu musuh ‎berusaha melemahkan kepercayaan rakyat yang ‎telah diperoleh pemerintahan ‎Islam dan para pejabat negara ini dalam tiga puluh tahun ‎dengan susah payah," ‎kata beliau mengimbuhkan.‎

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa kompetisi antara para ‎kandidat ‎presiden berlangsung bebas dan sengit pada masa kampanye, ‎termasuk yang nampak ‎pada acara debat ketika para kandidat berbicara secara ‎transparan dan jelas di layar ‎televisi. Beliau menambahkan, "Persaingan sengit ‎itu terjadi antara empat kandidat ‎terhormat yang kesemuanya adalah bagian dari ‎pemerintahan Islam. Akan tetapi media-‎media massa yang umumnya dimiliki ‎kalangan zionis yang bengis, lewat kebohongan ‎yang ditebarnya berusaha ‎mengesankan bahwa persaingan ini adalah pertarungan antara ‎kubu pro ‎melawan kontra pemerintahan Islam di Iran."‎

Ayatollah Al-Udzma Khamenei menjelaskan bahwa beliau mengenal keempat ‎kandidat ‎presiden dari dekat. Beliau mengatakan, "Salah satu kandidat adalah ‎presiden yang benar-‎benar abdi rakyat, pekerja keras, dan terpercaya. Kandidat ‎berikutnya adalah orang yang ‎pernah menjabat sebagai perdana menteri selama ‎delapan tahun selama saya bertugas ‎sebagai presiden. Kandidat presiden lainnya ‎adalah sosok figur yang pernah menjabat ‎sebagai panglima pasukan garda ‎revolusi Islam (sepah-e pasdaran) dan salah satu ‎komandan inti dalam perang ‎pertahanan suci. Calon presiden keempat adalah orang yang ‎pernah duduk di ‎pucuk pimpinan parlemen dalam dua periode. Semua itu menunjukkan ‎bahwa ‎keempat calon presiden adalah orang-orang yang berada dalam tubuh ‎‎pemerintahan Islam, dan persaingan di antara mereka tidak seperti yang ‎didengungkan ‎oleh mesin-mesin propaganda keji zionis, Amerika dan Inggris, ‎tetapi persaingan dalam ‎tubuh pemerintahan Islam."‎

Rahbar menyinggung adanya perbedaan keempat kandidat dalam pandangan, ‎perspektif ‎politik dan agenda kerja, seraya menegaskan, "Perbedaan pandangan ‎ini adalah ‎perbedaan dalam lingkup negara. Saya memang meyakini di antara ‎mereka ada yang ‎lebih layak untuk mengabdi kepada negara. Akan tetapi ‎pendapat dan pandangan pribadi ‎tidak akan saya sampaikan kepada masyarakat. ‎Selain itu, tak ada alasan yang ‎mengharuskan masyarakat untuk mengikuti ‎pendapat saya. Sebab pemilihan umum ‎adalah milik rakyat semua. Merekalah ‎yang berhak menentukan hasilnya."‎

Di bagian lain khotbahnya, beliau mengangkat masalah debat kandidat di televisi ‎seraya ‎menyebutnya sebagai inovasi yang penting dan menarik. "Debat yang ‎terbuka, sengit dan ‎transparan akan mematahkan propaganda miring pihak ‎asing yang berusaha ‎mengesankan pemilu di Iran sebagai persaingan yang tidak ‎faktual," ujar beliau.‎

Rakyat Iran, menurut Rahbar, dengan menyaksikan debat dan beragam acara ‎kampanye ‎dapat mengambil keputusan. Rakyat meyakini bahwa dalam ‎pemerintahan Islam tidak ‎ada istilah orang dalam dan orang luar. Pemerintahan ‎Islam tidak memandang rakyat ‎umum sebagai pihak di luar sistem ini. Rakyat ‎memiliki hak untuk menentukan pilihan.‎

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa debat terbuka menghasilkan ‎‎beberapa poin positif diantaranya mengembangkan kemampuan daya pikir dan ‎‎kematangan dalam mengambil keputusan. Beliau menyebutkan bahwa suasana ‎debat ‎selama masa kampanye telah merambah jalan-jalan dan masuk ke rumah-‎rumah warga. ‎Beliau menambahkan, "Saya yakin bahwa peningkatan jumlah ‎orang yang menggunakan ‎hak pilihnya sampai 10 juta orang di banding rata-rata ‎periode sebelumnya dipicu oleh ‎keterlibatan masyarakat dalam berpikir tentang ‎pemilu. Inilah yang mendorong ‎masyarakat ikut berpartisipasi dalam pemilu. ‎Karena itu, dari sisi ini, debat kandidat ‎layak dipuji."‎

Beliau bahkan memandang fenomena dialog di tingkat pejabat sebagai hal yang ‎baik dan ‎lazim. "Debat dan dialog ini perlu dilanjutkan dengan menghilangkan ‎poin-poin ‎buruknya. Dengan demikian, semua orang dan para pejabat akan terus ‎berhadapan ‎dengan kritik dan harus menjawab kritikan terhadapnya," tandas ‎beliau.‎

Ayatollah Al-Udzma Khamenei lebih lanjut menyebutkan beberapa poin negatif ‎dari ‎perdebatan yang ada, seperti munculnya api permusuhan, pengungkapan ‎isu-isu infaktual, ‎ketidakmatangan pihak terkait dalam mengurai pembicaraan, ‎serta amarah dan emosi ‎yang mudah terpancing. Poin-poin negatif itulah yang ‎tidak beliau inginkan. Rahbar ‎menambahkan, "Amat disayangkan, perdebatan ini ‎terkadang berubah menjadi ajang ‎untuk saling menjatuhkan. Ada yang ‎menutup-nutupi pengabdian besar pemerintah saat ‎ini, ada pula yang menutup ‎mata dari rapor kinerja pemerintahan yang lalu. Hal itu ‎menimbulkan emosi dan ‎sentimen di hati para pendukung masing-masing kandidat."‎

Beliau menegaskan bahwa kedua pihak telah melakukan kesalahan dalam debat ‎kandidat. ‎‎"Satu pihak secara terbuka melontarkan tuduhan-tuduhan memalukan ‎dan tak semestinya ‎terhadap orang yang secara hukum sedang menjalankan ‎tugas sebagai presiden. Dengan ‎membawakan data-data palsu ia menuduh ‎presiden yang dipilih oleh rakyat sebagai ‎pendusta dan pemuja khurafat. ‎Tindakan seperti itu jelas melecehkan hukum, etika dan ‎prinsip kejujuran. Di lain ‎pihak, terjadi kesalahan yang serupa. Keberhasilan yang dicapai ‎revolusi Islam ‎dalam 30 tahun diremehkan. Tokoh-tokoh yang telah mengabdikan ‎hidupnya ‎kepada negara ini digunjingkan. Tuduhan yang belum pernah dibuktikan secara ‎‎hukum diungkap secara terbuka," keluh beliau.‎

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut nama Hashemi Rafsanjani dan Nateq ‎Nuri, ‎dua figur penting revolusi Islam yang namanya dicatut dalam debat ‎kandidat presiden. ‎Beliau mengatakan, "Memang tak ada yang menyebut kedua ‎orang itu telah melakukan ‎korupsi. Meski demikian, jika ada yang menuduh ‎sanak keluarga atau orang-orang dekat ‎mereka melakukan tindak pidana korupsi ‎silahkan membuktikannya secara hukum. ‎Publikasi masalah seperti ini yang ‎belum dibuktikan hanya akan menimbulkan penafsiran ‎yang bukan-bukan di ‎benak masyarakat khususnya generasi muda."‎
Beliau menyatakan bahwa sejak lebih dari 50 tahun yang lalu telah mengenal ‎Hashemi ‎Rafsanjani dan jasanya kepada revolusi dan negara. "Hashemi ‎Rafsanjani di masa ‎perjuangan dulu di zaman kekuasaan rezim Shah termasuk ‎pejuang yang paling inti dan ‎paling gigih. Setelah kemenangan revolusi, ia ‎menjadi figur yang sangat menentukan ‎bersama Imam Khomeini. Beberapa kali ‎ia melangkah sampai di ambang kesyahidan. ‎Setelah Imam Khomeini wafat ‎hingga saat ini, Rafsanjani selalu mendampingi Pemimpin ‎Revolusi," jelas beliau.‎

Ayatollah Al-Udzma Khamenei menambahkan, "Sebelum kemenangan revolusi ‎Islam, ‎Hashemi Rafsanjani membelanjakan hartanya untuk perjuangan. Dalam ‎kurun tiga puluh ‎tahun terakhir, ia duduk di sejumlah posisi penting dan dalam ‎masa-masa kritis ia ‎mengabdi kepada revolusi dan Negara. Tidak pernah ia ‎memanfaatkan revolusi untuk ‎menumpuk kekayaan pribadi. Rakyat harus ‎mengetahui masalah ini dengan benar."‎

Lebih lanjut beliau mengakui adanya perbedaan pendapat antara beliau dengan ‎Hashemi ‎Rafsanjani dalam berbagai masalah. Namun perbedaan pandangan itu ‎wajar dan jangan ‎sampai masyarakat mengambil kesimpulan yang keliru.‎

Rahbar mengakui bahwa sejak empat tahun lalu, antara Ahmadinejad yang ‎terpilih ‎sebagai presiden waktu itu dan Hashemi Rafsanjani terdapat perbedaan ‎pandangan ‎menyangkut kebijakan luar negeri, pelaksanaan program keadilan ‎sosial, dan sejumlah ‎masalah di sektor budaya. "Pandangan presiden lebih dekat ‎dengan pandangan saya," ‎kata beliau.‎

Mengenai Nateq Nuri, Rahbar menyebutnya sebagai salah satu tokoh penting ‎yang secara ‎tulus mengabdi kepada revolusi. "Tak ada kata ragu akan kesetiaan ‎Nateq Nuri kepada ‎negara dan revolusi Islam," tegas beliau.‎

Ayatollah Al-Udzma Khamenei menekankan bahwa sisi-sisi negatif harus ‎dihapuskan ‎dari debat kandidat. Beliau menyatakan, "Sejak hari-hari masa debat ‎kandidat itu, saya ‎telah mengingatkan Presiden sebab saya tahu presiden akan ‎melaksanakannya."‎

Mengenai tindak pidana korupsi beliau menegaskan, bahwa tak ada yang ‎mengingkari ‎adanya tindak pidana korupsi dan penyelewenangan keuangan ‎negara di sini. "Jika tak ‎ada tindak pidana korupsi di negara ini, tentu beberapa ‎tahun yang lalu saya tidak akan ‎menulis surat delapan pasal tentang korupsi ‎kepada pimpinan tiga lembaga negara. Tapi ‎tak diragukan bahwa Republik Islam ‎Iran termasuk salah satu sistem kenegaraan dan ‎sosial di dunia yang paling ‎sehat. Data yang dikeluarkan oleh lembaga zionis jangan ‎sampai dijadikan dasar ‎untuk menuduh adanya korupsi besar-besaran di negara ini, atau ‎sebaliknya ‎tanpa alasan yang tidak benar orang satu pejabat tertentu dituduh dengan ‎‎tuduhan korupsi."‎

Beliau lebih lanjut menyimpulkan pembicaraannya dalam kaitan ini dan ‎mengatakan, ‎‎"Rakyat Iran pada tanggal 12 Juni telah mengukir peristiwa ‎bersejarah. Namun sebagian ‎kalangan yang memusuhi bangsa ini berusaha ‎mengubah loyalitas kepada pemerintahan ‎Islam ini menjadi kegagalan nasional. ‎Mereka menebar isu yang meragukan kebenaran ‎pemilu. Tujuannya adalah ‎untuk mencegah tercatatnya partisipasi terbesar dalam sistem ‎demokrasi dunia ‎ini atas nama bangsa Iran. Namun fakta ini telah dicatat dalam sejarah, ‎dan tak ‎bisa diingkari."‎

Ayatollah Al-Udzma Khamenei kepada rakyat Iran mengatakan, "Mereka yang ‎ikut ‎berpartisipasi dalam pemilu dan memberikan suaranya kepada salah satu ‎dari empat ‎kandidat, semua telah memberikan suaranya kepada pemerintahan ‎Islam dan revolusi ini. ‎Insya Allah, mereka akan mendapat pahala Ilahi. Dengan ‎demikian dapat dikatakan ‎bahwa revolusi Islam ini didukung oleh 40 juta suara, ‎bukan hanya 24,5 juta suara yang ‎diperoleh presiden terpilih."‎

Rahbar menegaskan kembali bahwa rakyat Iran menaruh kepercayaan kepada ‎‎pemerintahan. Namun sebagian pendukung kandidat presiden harus tahu bahwa ‎Republik ‎Islam bukan negara yang mau mengkhianati suara rakyat. Mekanisme ‎pemilihan umum ‎di negara ini telah dibuat sedemikian rupa sehingga tak ‎mungkin terjadi kecurangan ‎apalagi sampai berjumlah 11 juta suara.‎

Pemimpin Besar Revolusi Islam menambahkan, "Meski demikian, saya telah ‎‎menginstruksikan kepada Dewan Garda Konstitusi untuk menindaklanjuti ‎pengaduan ‎pihak yang merasa ada kecurangan. Jika perlu melakukan ‎penghitungan ulang sejumlah ‎kotak suara hendaknya dilakukan dengan ‎disaksikan oleh utusan dari masing-masing ‎kandidat."‎

Beliau menyatakan bahwa pengaduan terhadap proses pemilu bisa dilakukan ‎lewat jalur ‎dan aturan yang ada. "Saya tidak akan tunduk pada tekanan untuk ‎melakukan hal-hal ‎yang tidak legal. Dalam setiap pemilu mesti ada yang menang ‎dan ada yang yang gagal. ‎Jika hari ini kita melakukan tindakan yang menyalahi ‎aturan, maka ke depan tidak ada ‎lagi pemilu yang bisa dipercaya," tegas beliau.‎

Ayatollah Al-Udzma Khamenei menyebut undang-undang yang mengatur ‎pengaduan ‎pemilu di Iran sebagai undang-undang yang lengkap. Beliau ‎mengatakan, "Undang-‎undang telah membuka pintu bagi para kandidat untuk ‎mengawasi dan mengajukan ‎pengaduan. Semua hal harus dilakukan lewat jalur ‎yang benar."‎

Pemimpin Besar Revolusi Islam dalam khotbah Jum'at ini lebih lanjut ‎mengarahkan ‎pembicaraan kepada kalangan politikus, para kandidat, dan tokoh ‎partai politik. Beliau ‎mengatakan, "Hari ini adalah masa-masa yang sensitif ‎dalam sejarah negara ini. Lihat apa ‎yang terjadi di dunia, di kawasan Timur ‎Tengah, di negara-negara tetangga, juga kondisi ‎ekonomi dunia saat ini. Karena ‎itu kita semua harus waspada saat berada pada masa yang ‎genting seperti ini, ‎dan jangan sampai melakukan kesalahan."‎

Seraya menyatakan bahwa rakyat telah melakukan tugasnya dengan baik dalam ‎pemilu, ‎Rahbar menandaskan, "Para aktivis politik dan mereka yang relatif bisa ‎memengaruhi ‎opini umum hendaknya berhati-hati dalam berbicara dan ‎bertindak. Sebab, sedikit saja ‎mereka bersikap ekstrim, akan muncul gelombang ‎ekstrimisme di tengah masyarakat ‎yang dapat membawa negara ini ke dalam ‎kondisi genting dan berbahaya. Jika itu terjadi, ‎mereka tak akan bisa ‎mengatasinya."‎

Menyinggung bahwa ekstrimisme akan melahirkan ekstrimis tandingan, beliau ‎‎menegaskan, "Jika elit politik hendak mengabaikan hukum, maka mau tidak ‎mau, mereka ‎harus bertanggung jawab atas darah, kerusuhan dan kekacauan ‎yang terjadi."‎

Ayatollah Al-Udzma Khamenei menambahkan, "Saya mengimbau rekan-rekan ‎lama dan ‎saudara-saudara sekalian untuk bersikap lapang dada dan menahan ‎diri. Sadarilah dan ‎jangan lalai akan adanya tangan-tangan musuh dan serigala-‎serigala buas yang sekarang ‎sedikit demi sedikit mulai menyingkap wajah asli ‎dan menanggalkan basa-basi ‎diplomasi."‎

Seraya mengingatkan para elit politik agar memikirkan tanggung jawab mereka ‎kelak di ‎hadapan Allah, beliau mengatakan, "Saudara-saudaraku, ingatlah ‎kembali wasiat terakhir ‎Imam Khomeini (ra) yang menegaskan bahwa hukum ‎adalah penyelesai akhir bagi setiap ‎masalah."‎
Pemimpin Besar Revolusi Islam menjelaskan bahwa kotak suara pemilihan umum ‎adalah ‎penentu segala perselisihan politik. Beliau menjelaskan, "Pemilihan umum ‎diadakah ‎untuk mengetahui apa yang diinginkan rakyat lewat suara mereka, ‎bukan lewat aksi di ‎jalan-jalan."‎

Ayatollah Al-Udzma Khamenei mengingatkan, "Jika setiap pemilu bakal disusul ‎dengan ‎aksi turun ke jalanan oleh kubu yang kalah, sebaliknya pihak yang ‎memenangi pemilu ‎membalas dengan mengerahkan para pendukungnya untuk ‎unjuk kekuatan, lantas buat ‎apa pemilu dilaksanakan? Selain itu apa dosa rakyat ‎sehingga pekerjaan dan kehidupan ‎mereka harus terganggu karena tindakan ‎kita?"‎

Menyinggung demonstrasi jalanan yang marak belakangan ini, beliau ‎mengingatkan ‎bahwa aksi mobilisasi massa seperti ini mudah dimanfaatkan oleh ‎anasir teroris untuk ‎melakukan aksi teror. Beliau mengatakan, "Jika di sela-sela ‎konsentrasi massa ini terjadi ‎tindakan teror, siapakah yang lantas bertanggung ‎jawab? Siapa yang bertanggung jawab ‎atas tewasnya warga sipil atau aktivis ‎Basij dalam beberapa hari ini? Siapa yang ‎bertanggung jawab atas aksi itu dan ‎reaksi atas terjadinya teror ini?"‎
Rahbar menyampaikan kritiknya yang keras terhadap rangkaian peristiwa yang ‎terjadi ‎khususnya serangan terhadap asrama Universitas Tehran. Beliau ‎mengatakan, "Orang ‎akan sedih menyaksikan terjadinya serangan terhadap ‎asrama universitas Tehran dan ‎pemukulan terhadap para mahasiswa yang ‎mukmin dengan mengatasnamakan pembelaan ‎kepada Pemimpin Revolusi ‎Islam."‎

Beliau lebih lanjut menegaskan bahwa aksi unjuk kekuatan di jalan-jalan pasca ‎pemilu ‎sama dengan menolak pemilu dan demokrasi. "Saya minta kepada semua ‎pihak untuk ‎mengakhiri cara-cara yang salah ini. Jika tidak, mereka harus ‎menanggung sendiri akibat ‎dari kekacauan yang ditimbulkannya."‎
Pemimpin Besar Revolusi Islam menandaskan, "Sebagian pihak mengira bahwa ‎dengan ‎mengerahkan massa di jalan-jalan mereka dapat menekan pemerintahan ‎dan para pejabat ‎tinggi negara akan terpaksa mengabulkan tuntutan mereka ‎demi kemaslahatan. Tapi saya ‎tidak akan tunduk pada tekanan ini, sebab ‎mengambil langkah yang ilegal adalah awal ‎dari kediktatoran."‎

Beliau menambahkan, "Anggapan seperti itu jelas keliru. Jika anggapan itu lantas ‎‎memicu tindakan yang salah, maka mereka yang berada di balik layar itulah ‎yang harus ‎bertanggung jawab atas akibatnya. Jika perlu, nanti di saat yang ‎tepat masyakarat akan ‎mengenal siapa mereka."‎

Rahbar mengimbau semua kalangan untuk menjalin persaudaraan dan ‎kesepahaman serta ‎bersama-sama menghormati hukum. "Jalur hukum, ‎persaudaraan dan persahabatan tetap ‎terbuka. Saya berharap, semuanya ‎melangkah di jalan ini, dan bersama-sama ‎memeriahkan pesta 40 juta suara ‎rakyat ini. Jangan biarkan musuh merusak keceriaan ‎pesta besar kita," imbau ‎beliau.‎

Beliau memperingatkan, jika masih ada yang nekad menempuh jalan yang lain, ‎maka ‎saya akan berbicara kepada masyarakat dengan lebih transparan.‎

Di bagian lain khotbahnya, Ayatollah Al-Udzma Khamenei menyinggung ‎pernyataan ‎sejumlah pimpinan negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, seraya ‎mengatakan, ‎‎"Sebelum berlangsungnya pemilu, media massa dan para ‎pemimpin negara-negara Barat ‎berusaha menebar keragu-raguan soal pemilu ‎dengan tujuan melemahkan partisipasi ‎masyarakat. Partisipasi 40 juta warga ‎yang memberikan suara dalam pemilu, menyentak ‎media dan para pemimpin ‎Barat. Peristiwa besar ini menunjukkan kepada mereka akan ‎babak baru dalam ‎sejarah Republik Islam Iran, dan tak ada jalan bagi mereka kecuali ‎menerima ‎kenyataan ini." ‎

Pemimpin Besar Revolusi Islam menambahkan, protes dari sejumlah pihak di ‎dalam ‎negeri pasca pemilu, dipandang oleh Barat sebagai peluang yang harus ‎dimanfaatkan. ‎Retorika mereka pun berubah dan secara perlahan kedok yang ‎menutupi wajah mereka ‎pun disingkap.‎

Beliau menjelaskan, di awal pekan, sejumlah pemimpin dan pejabat tinggi Barat ‎‎menunjukkan sikap yang bermusuhan dengan negara Islam ini, dan yang paling ‎keji ‎adalah sikap pemerintah Inggris.‎
Terkait pernyatan sejumlah petinggi AS yang mengaku menantikan terjadinya ‎kerusuhan ‎di Iran dan turunnya massa ke jalan-jalan, Rahbar menegaskan, ‎‎"Pernyataan seperti ini ‎disampaikan ketika mereka di satu sisi mengirimkan surat ‎yang mengaku menghormati ‎dan ingin menjalin hubungan dengan Republik ‎Islam Iran. Manakah yang bisa dipercaya, ‎pernyataan itu atau surat ini?"‎

Ayatollah Al-Udzma Khamenei mengungkapkan, "Seiring dengan itu, di dalam ‎negeri ‎sejumlah anasir yang berperan sebagai antek asing menggelar operasi ‎pengerusakan, ‎pembakaran, perampokan, dan menebar ketidakamanan. ‎Tentunya, aksi-aksi merusak ‎seperti ini tidak ada kaitannya dengan rakyat dan ‎pendukung kandidat peserta pemilu. ‎Aksi itu dilakukan oleh oknum-oknum yang ‎tidak menginginkan kebaikan untuk rakyat ‎Iran dan boneka yang bermain untuk ‎kepentingan dinas-dinas intrelijen Barat dan ‎Zionis."‎

Beliau menekankan, "Kondisi ini membuat musuh berpikir bisa melahirkan ‎revolusi ‎beludru di Iran, seperti yang dilakukan oleh konglomerat zionis di ‎sejumlah negara kecil ‎dengan hanya berbekal dana 10 juta dolar. Masalah utama ‎musuh-musuh Iran adalah ‎mereka tidak mengenal bangsa ini."‎
Dalam hal ini, yang paling busuk adalah sikap para petinggi AS yang menyatakan ‎simpati ‎dengan kondisi hak asasi manusia di Iran. Menurut Rahbar, mereka yang ‎melakukan ‎kejahatan besar di Afganistan dan Irak serta mengucurkan bantuan ‎finansial dan politik ‎kepada rezim zionis Israel tidak berhak berbicara soal HAM.‎

Pemimpin Besar Revolusi Islam mengingatkan kembali peristiwa pembunuhan ‎massal 80 ‎orang anggota sekte Davidian yang terjadi di AS pada masa ‎kepresidenan Bill Clinton. ‎Rahbar mengatakan, "Kalian yang telah membakar ‎hidup-hidup 80 orang, termasuk ‎perempuan, laki-laki dan anak kecil, apa yang ‎kalian ketahui tentang hak asasi manusia?" ‎‎

Beliau menyatakan, sebagai negara yang mengangkat panji pembelaan terhadap ‎HAM ‎dan hak orang-orang tertindas, Republik Islam Iran tak memerlukan ‎nasehat Dunia Barat. ‎Sebaliknya, para pemimpin Eropa dan Amerika sudah ‎seharusnya merasa malu dan ‎mengakhiri sikap-sikap yang anti HAM.‎
Di akhir khotbah kedua, Ayatollah Al-Udzma Khamenei meminta doa dari Imam ‎Mahdi ‎‎(as) dan menyatakan ikrar akan terus berjuang demi Islam dengan siap ‎mengorbankan ‎jiwa, raga dan kehormatan.‎

Pemimpin Besar Revolusi Islam pada khotbah pertama menyeru jemaah Jum'at ‎untuk ‎selalu mengingat Allah. Beliau mengatakan, "Di saat-saat genting ketika ‎hati dipenuhi ‎oleh kegelisahan dan kecemasan, dzikrullah dan berharap kepada ‎terwujudnya janji Allah ‎adalah benteng paling baik. Dengan demikian, Allah Swt ‎akan menurunkan sakinah dan ‎ketenangan ke dalam hati kaum Mukmin, dan ‎itulah yang akan membuatnya kokoh dan ‎mantap dalam melangkah."‎

Seraya menyinggung berbagai peristiwa besar yang terjadi sepanjang sejarah ‎revolusi ‎Islam, beliau menandaskan, "Peristiwa-peristiwa besar itu ibarat badai ‎dahsyat yang ‎masing-masing dapat menghancurkan sebuah bangsa dan negara. ‎Akan tetapi bahtera ‎revolusi Islam tetap kokoh berkat keimanan dan tekad kuat ‎rakyatnya yang mukmin. Ini ‎menandakan bahwa Allah menurunkan rahmat dan ‎anugerahNya kepada bangsa ini."‎

Ayatollah Al-Udzma Khamenei menyebut takabur dan lalai kepada Allah dapat ‎menjadi ‎faktor terhentinya curahan rahmat Ilahi. Beliau mengatakan, "Semua ‎orang harus ‎waspada, jangan sampai emosi di panggung politik dan dialog bebas ‎yang lazim terjadi di ‎sebuah negara memalingkan kita dari dzikrullah dan tujuan ‎utama kita."‎

Seraya menjelaskan keimanan dan semangat spiritual para pemuda, ‎beliau ‎berpesan kepada seluruh rakyat khususnya generasi muda untuk ‎memanfaatkan ‎secara penuh kesempatan spiritual yang ada, seraya ‎mengatakan, "Tak lama lagi ‎bulan Rajab akan tiba. Doa-doa bulan ini yang ‎merupakan lautan makrifat, ‎hendaknya dimanfaatkan sebaik mungkin."‎

Quotes from 12 Imams

Mencintai keindahan adalah fitrah. Sampaikan keindahan Ahlul Bait dan keindahan ajaran mereka dengan cara yang indah. "Kalau manusia mendengar keindahan ucapan-ucapan kami, niscaya mereka akan mengikuti kami" (Imam Ridha as).

0 comments:

Post a Comment